Teknik Mesin Unwahas bermitra dengan PCINU Amerika, Sinergi 94, Universitas Islam Malang, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan ElektrikCar LLC menyelenggarakan webinar seri ke-7 bertema kendaraan ramah lingkungan.
Diskusi bersama bidang “Science, Technology, Engineering, & Math (STEM)” seputar kendaraan dari sisi kebijakan maupun teknologi yang berkembang di dunia khususnya negara kita Indonesia. Selaku ketua panitia komite pengarah, Zainal Abidin Ph.D., mengatakan, “kendaraan listrik ramah lingkungan adalah kendaraan berbahan bakar non-karbon, seperti hidrogen yang mensuplai fuel cell dengan residu air, kemudian anomia yang dibakar tanpa CO2.” Beliau menambahkan selagi belahan dunia lain masih melakukan proses riset, Indonesia belum ketinggalan untuk turut menjadi pemain dalam menghasilkan kendaraan nasional yang ramah lingkungan. Apalagi, Indonesia memiliki cadangan mineral yang tinggi sebagai bahan baku baterai penyimpan tenaga listrik.
Kegiatan dibuka oleh Rektor Universitas Wahid Hasyim pada Sabtu pagi (18/9) secara virtual. Prof. Dr. Dr. Mudzakkir Ali, MA, dalam sambutannya menyampaikan, “dari sudut pandang islam, Allah SWT berfirman dalam QS. Ar Ra’d 12. Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat dengan rasa takut dan harap. Rasa takut pada Allah akan membuat kita senantiasa menjaga lingkungan dengan tidak merusak bumi. Harapannya dengan peduli lingkungan ada keberkahan, manfaat dan rizki dari Allah SWT.” Bersama pembukaan beliau juga berpesan semoga ada inovasi dari kolaborasi ini, yang mana keberhasilan inovasi semata-mata adalah rahmah dari Allah untuk mencapai keberkahan dan kebermanfaatan bersama.
Webinar bulan ini berhasil mendatangkan dua pembicara yaitu Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro dari ITB selaku ketua AIPI dan Tim Percepatan Industri KBLBB Nasional. Pembicara kedua yaitu Danet Suryatama, Ph.D. dari Elektrikcar LLC USA yang merancang bangun mobil listrik Tucuxi 9 tahun yang lalu.
Prof. Satryo memaparkan laporan Program Percepatan Industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Nasional disingkat KBLBB. “Faktanya, Indonesia menduduki peringkat 11 dalam hal negara dengan tingkat polusi udara tertinggi dan hampir 50% penyebab polusi adalah kendaraan. Dalam rangka menghemat energi dan mengurangi emisi karbondioksida diluncurkan visi pengembangan KBLBB.” Guru besar emeritus Teknik Mesin ini juga menyampaikan data kendaraan jalan raya yang ada di Indonesia sudah mencapai 120 juta motor, 16 juta mobil, dan 2,5 juta bus. Angka yang sangat fantastis. Untuk mengatasi disrupsi teknologi transportasi dan dampaknya pada iklim dan lingkungan maka beliau dan tim menginisiasi Perpres no. 55 tahun 2019 serta edukasi publik. Harapan Prof Satryo, peneliti dan dosen Indonesia bisa segera melangkah ke riset terapan bermitra dengan industri dalam manufaktur KBLBB.
Gayung bersambut, Danet Suryatama, Ph.D, perancang Tucuxi melanjutkan, “elektrifikasi kendaraan sedang menjadi isu global dimana negara di dunia berlomba-lomba menciptakan kendaraan dengan teknologi yang bersih dan terbarukan baik mobil, pesawat, dan kapal.” Konsep kendaraan listrik bisa berbasis baterai listrik juga hidrogen listrik (FEMC). Teknologi fuel cell yaitu tenaga listrik yang disimpan di gas hidrogen. Gas hidrogen dilewatkan sel bahan bakar akan melalui membran, kemudian memecah menjadi proton dan elektron. Proton menjadi H2O, elektron ke kutub menjadi energi listrik. Sehingga, bisa dikatakan hidrogen adalah sumber bahan bakar yang benar-benar ramah lingkungan. Diskusi yang dipandu oleh Dr. Priyagung Hartono Ketua Penjaminan Mutu prodi Teknik Mesin Universitas Islam Malang berjalan sukses dengan peserta dari segenap penjuru Indonesia. Semoga program zero emisi menuju langit biru Indonesia bisa terwujud di masa yang tak lama lagi. Kegiatan ini disiarkan kembali melalui channel youtube UNWAHAS TV pada Sabtu pagi tanggal 18 September 2021. Akademisi baik dosen, mahasiswa, dan praktisi bisa menyaksikan rekamannya di waktu luang.
